Hari raya idul fitri

Hari raya idul fitri

Beranda

Rabu, 17 Agustus 2011

Hadist kewajiban taat

KEWAJIBAN TAAT
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْع وَلَا طَاعَةَ
Artinya: Dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW bersabda:” Atas setiap muslim harus mendengar dan taat terhadap sesuatu yang ia cintai atau benci, kecuali jika diperintah berbuat maksiat. Jika diperintah bermaksiat maka tidak ada mendengar dan taat”(Muttafaqun alaihi)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنِ اسْتُعْمِلَ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ
Artinya: Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW bersabda:” Dengar dan taatlah kalian walaupun dipimpin oleh seorang budak Habsyi dan kepalanya seperti buah anggur kering” (HR Bukhari)
Dari Abu Hurairah ra berkata:Rasulullah saw bersabda:” Hendaknya kamu mendengar dan taat pada saat engkau susah dan mudah, ketika engkau semangat atau tidak suka atau dalam keadaan punya kepentingan sendiri” (HR Muslim). Hadits-hadits yang membahas tentang taat itu banyak sekali dan begitu juga yang disebutkan dalam Al-Qur’an juga banyak diantaranya;
Allah Swt berfirman: ‘Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya .
DEFINISI TAAT
Secara bahasa artinya mengerjakan sesuatu yang diperintahkan. Sedangkan secara syari’ah ialah beramal melaksanakan perintah disertai niat dan keyakinan. Berkata Al-Qurtubi:”Hakekat taat adalah melaksanakan sesuatu yang diperintahkan. Dan lawannya ma’shiyah artinya menyimpang dari perintah. Sedangkan Hasan Al-Banna berkata:” Yang saya kehendaki dari ketaatan ialah melaksanakan perintah dan merealisasikannya secara sepontan baik dalam kondisi susah atau mudah, dalam kondisi bergairah atau tidak”.
URGENSI TAAT
Ketaatan merupakan pondasi hukum Islam dan kaidah sistem politik. Seseorang tidak mungkin dapat membayangkan adanya sistem yang benar dan negara yang kuat tanpa adanya keadilan dari penguasa dan ketaatan dari rakyatnya. Oleh karena itu sngat tepat apa yang dikatakan khalifah kedua umat Islam Umar bin Khattab:” Tidak ada Islam tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa pemimpin dan tidak ada pemimpin tanpa ketaatan. Islam bukanlah agama individu, tetapi agama masyarakat yang tidak mungkin terealisasi kecuali melalaui jamaah. Dan jamaah tidak akan berarti sama sekali jika anggotanya tidak diikat oleh suatu sistem dan dihimpun oleh pemimpin yang mengatur urusan mereka.
Sesungguhnya sikap mendengar dan taat merupakan dua pilar dari sistem hidup bermasyarakat. Dan keduanya merupakan tulang punggung dari manusia yang hidup dalam suatu bangsa dimana tidak mungkin bangsa tersebut menolak dan mengusir musuh, tentaranya akan menang jika tidak memiliki sikap mendengar dan taat yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berpisah dari bangunan umat ini. Sehingga sikap mendengar dan taat adalah suatu yang mutlak harus dilakukan bagi bangsa yang ingin besar.
LANDASAN HUKUM TAAT KEPADA PEMIMPIN
Sesuai dengan nash yang telah dikemukakan diatas baik dari Al-Qur’an maupun sunnah, menyimpulkan bahwa Islam mewajibkan taat umat Islam untuk taat kepada pemimpin dan haram bagi umat Islam menyimpang dari ketaatan kepada pemimpin Islam. Nash lain yang mendukung perintah taat dan larangan menyimpang adalah:
Rasulullah saw bersabda: Dari Abu Hunaidah Wa’il bin Hajar ra berkata: Salamah bin Yazid Aj-Ja’fi bertanya pada Rasulullah saw dan berkata:” Wahai nabi Allah bagaimana pendapatmu jika pemimpin kami meminta kepada kami hak mereka dan tidak melaksanakan haknya (kewajibannya)?”. Rasulullah saw berpaling darinya, tetapi ia bertanya lagi, maka Rasulullah saw menjawab:” dengar dan taatilah (pemimpin tersebut) karena sesungguhnya mereka akan menanggung beban tanggung-jawab yang harus dilaksanakannya dan kamu juga akan bertanggung-jawab terhadap yang kamu perbuat“ (HR Muslim)
BATASAN KETAATAN
Ketika Islam mewajibkan umat Islam untuk mentaati para pemimpin, Islam juga memberi batasan tentang ketaatan tersebut dan tidak membiarkanya berlaku mutlak tanpa ada batasan. Karena ketaatan mutlak akan melahirkan tirani dan kediktatoran sehingga akan menghapus nilai-nilai Islan dalam hidup bermasyarakat. Oleh karenanya ketaatan terhadap pemimpin dibatasai oleh ruang lingkup tertentu dan syarat-syarat tertentu yang harus ditunaikan. Dan diantaran batasan dan syurut tersebut adalah:
1. Pemimpin tersebut harus merealisasikan Syariat Islam, jika tidak melaksanakan Syariat Islam maka tidak ada kewajiban taat kepada pemimpin tersebut sesuai yang disebutkan Al-Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 59
2. Pemimpin tersebut tidak menyuruh manusia berbuat maksiat. Maka jika pemimpin menyuruh rakyatnya berbuat maksiat seperti minur khomr, riba, buka aurat dll, maka tidak ada kewajiban taat. Rasulullah saw bersabda: Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Khalik (Allah)”(HR Ahmad dan Al-Hakim)
3. Menegakkan hukum dengan adil, jika pemimpin melaksanakan keadilan maka wajib taat kepada mereka tetapi jika tidak adil maka tidak ada hak untuk ditaati, sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nisaa’ 59.
4. Sesuatu yang diperintahkan mampu dilaksanakan oleh yang akan menanggung perintah tersebut.
Dari Abdullah bin Umar ra berkata: ”kami jika membai’ah Rasulullah saw untuk mendengar dan taat. Beliau berkata pada kami:”pada yang kamu mampu” (Muttafaqun ‘alaihi)
KETAATAN DALAM DA’WAH ISLAM
Ketaatan adalah unsur yang sangat prinsip yang sangat dibutuhkan dalam gerakan da’wah. Setiap gerakan da’wah tidak mungkin sampai pada tujuan kecuali jika unsur ketaatan sudah sampai pada derajat yang sempurna. Dan ketaatan dalam Islam berlandaskan pada prinsip Akidah dan Syari’ah.
Jika kita melihat gerakan da’wah Islam, pada setiap gerakan pasti memiliki pemimpin dan gerakan tersebut bertujuan menegakkan hukum Islam maka wajib bagi pengikut dan anggota gerakan Islam tersebut mentaati pemimpinnya agar tujuan penegakkan Syari’at Islam dapat terealisasi dengan cepat. Oleh karena itu imam Hasan Al-Banna salah seorang pemimpin gerakan Islam modern menjadikan taat sebagai salah satu rukun atau pilar dari rukun ba’iah yang terdiri dari sepuluh poin. Beliau berkata:” Sistem da’wah dalam marhalahTakwin (fase pembentukan) adalah sufi murni pada sisi ruhiyah dan militer murni pada sisi amaliyah. Dan syi’ar dari dua sisi tersebut adalah ‘perintah dan taat’ tanpa bimbang, mundur, ragu dan berat. Dan da’wah dalam marhalah ini bersifat khusus yang tidak dapat berhubungan kecuali orang-orang yang sudah menyiapkan dengan persiapan yang benar untuk menanggung beban jihad yang panjang jaraknya dan banyak rintangan. Dan langkah awal dari bersiapan ini adalah sikap kamalut tha’ah (kesempurnaan ketaatan).
Abul A’la Maududi menerangkan pemahaman ini, beliau berkata:” Di lihat dari arah agama yang murni, maka ketaatan anggota jamaah kepada pemimpinnya merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Seseorang ketika melaksanakan perintah da’wah karena keyakinannya bahwa da’wah itu perintah Allah dan Rasul-Nya. Ia tidak ridha pada seorang untuk menjadi pemimpin dirinya kecuali untuk mengharapkan ridha Allah dan mendekatkan kepada-Nya. Sehingga ketika ia taat kepada pemimpin dalam perintah-perintahnya yang masyru’ pada hakekatnya ia mentaati Allah dan Rasul-Nya. Sehingga ia dengan cepat melaksanakan perintah tersebut sesuai tingkat kekuatan hubungannya dengan Allah dan Rasul-Nya. Maka ketaatan seorang akh kepada pemimpin, dengan niat untuk Allah maka ia akan mendapat pahala yang besar dari Allah”.
FENOMENA KETAATAN KEPADA PEMIMPIN
1. Ingin segera melihat pemimpin ketika usai melaksanakan tugasnya.
Hal ini seperti terjadi pada diri Mush’ab bin Umair. Ketika ia diutus oleh Rasulullah saw untuk berda’wah ke Madinah. Setelah berhasil mengislamkan banyak sekali penduduk Madinah maka ia pulang ke Mekkah dan Mush’ab mengutamakan Rasul saw atas ibunya dan segera menemui Rasul saw sebagai bentuk kerinduan kepadanya, ingin melihat wajahnya dan melaporkan hasil dari tugasnya.
2. Memahami perintah secara baik sehingga dapat menjamin keselamatannya dan dapat merealisasikannya dengan baik. Suatu persyaratan dapat melaksanakan tugas dengan baik adalah memahami rincian apa yang ditugaskan. Sehingga ketika seorang da’i mendapat tugas dari pemimpinnya ia harus mendengarkannya dengan baik dan memahaminya agar dapat melaksanakannya.
3. Bersabar dan menahan beban sehingga tugas dapat dilaksanakan dengan sukses. Diantara ciri seorang yang taat pada pemimpinnya, ia berusaha bersabar dan menanggung beban untuk melaksanakan tugasnya. Sehingga berhasil dengan baik.
4. Menyambut seruan dengan segera walaupun bertentangan dengan pendapatnya. Sebagaimana yang pernah terjadi pada Huzaefah bin Yaman pada waktu perang Ahzab ia diperintahkan Rasulullah saw untuk memata-matai musuh. Ketika berhadapan dengan musuh-musuhnya dan diantaranya Abu Sufyan ia ingin membunuhnya tetapi kemudian ia teringat bahwa tugasnya hanya untuk memata-matai bukan untuk membunuh. Sehingga tidak terjadi membunuh Abu Sufyan.
5. Memberikan nasehat. Seorang da’i yang diperintahkan untuk melakukan sesuatu dapat saja memberikan nasehat atau masukan terhadap perintah tersebut. Tetapi jika sudah diputuskan tidak memaksakan kehendak. Hal ini pernah terjadi pada masa Rasulullah saw. Saat itu beliau ingin mendirikan kamp militer di Badar, maka sahabatnya bertanya, apakah pilihan tempat tersebut wahyu atau ijtihad Rasul saw. Ketiak dijawab ijtihad, maka sahabat tersebut mengusulkan pindah ketempat yang lebih layak yaitu dekat dengan air .
6. Meminta izin. Meminta izin adalah adab yang sangat penting dalam aktifitas berdakwah dan berjama’ah. Karena begitu pentingnya, Al-Qur’an mengatur langsung adab meminta izin dan komitmen pada keputusan pemimpin. Allah SWT. berfirman:
7. Menanyakan teknis pelaksanaan. Suatu prinsip yang sangat penting bagi kesuksesan dalam mengerjakan perintah adalah pemahaman atas perintah tersebut. Oleh karena itu jundi yang baik adalah jika senantiasa menanyakan hal-hal yang belum difahaminya agar pelaksanaan ketaatan tersebut berjalan secara sempurna.
8. Bersungguh-sungguh menjaga keselamatan pemimpin. Pemimpin adalah bagian dari dakwah yang sangat strategis, sehingga diantara tolok ukur dari ketaatan jundi adalah bersungguh-sungguh dalam menjaga keselamatan pemimpin. Contoh terbaik dalam hal ini adalah bagaimana para sahabat mengorbankan jiwa dan hartanya untuk keselamatan Rasulullah saw. Bahkan pada saat perang Uhud para sahabat banyak yang menjadi tameng hidup Rasulullah saw. Demi menyelamatankan beliau. Dan begitu juga dalam peristiwa hijrah Rasulullah saw., suatu sejarah yang harus menjadi pelajaran ketaatan dalam dakwah, aktivis dakwah dan para pemimpin dakwah
9. Segera memberikan masukan atau pendapat sesuatu yang memberi manfaat. Masukan dan pendapat adalah suatu yang sangat penting bagi para pemimpin. Oleh karena itu perlu dihidupkan suasana keterbukaan agar lahir pemimpin yang ikhlas yang selalu menerima masukan dan koreksi dan jundi yang taat tapi cerdas.
10. Tidak berijtihad dengan adanya nash. Nash baik Al-Qur’an maupun Sunnah adalah pedoman yang harus diikuti oleh semua muslim, baik pemimpin atau yang dipimpin, sehingga mereka semua harus merujuk nash tersebut dan jika berselisih dalam suatu masalah maka harus kembali juga kepada nash Al-Qur’an dan Sunnah.
KEUTAMAAN TAAT
1. Mendapatkan puncak kenikmatan bersama para nabi
Firman Allah: Artinya:” Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS An-Nisaa’ 69)
2. Tidak terbuangnya kekayaan dunia dan mendapat keberkahan hidup Firman Allah: Artinya: ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”(QS Al-A’raaf 96).
3. Mendapat tambahan hidayah. Firman Allah SWT: Artinya: ”Dan orang-orang yang berupaya mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (QS Muhammad 17).
4. Mendapat keteguhan dalam taat. Firman Allah SWT. Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad 7).
5. Mendapat pahala yang besar berupa keridhan Allah dan surga-Nya Firman Allah SWT. Artinya: (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar” (QS An-Nisaa’ 13).
BAHAYA TIDAK TAAT
1. Rapuhnya barisan dan timbulnya perselisihan.
Artinya: ”Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Anfaal 46).
2. Kehinaan dari Allah SWT. Artinya: ”Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan” (QS An-Nisaa’ 14).
Artinya:”Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman” (QS Al-Anfaal 55).
3. Bedosa dan bermaksiat kepada Allah. Firman Allah SWT: Artinya:”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik” (QS Al-Maa-idah 49).
4. Mati dalam kondisi sesat dan jahiliyah. Firman Allah SWT:
Artinya: ”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS: Al-Ahzaab 36).
Rasulullah saw. bersabda: Artinya:Dari Ibnu Abbas ra dari Nabi SAW bersabda:” Barangsiapa melihat sesuatu yang ia tidak sukai pada pemimpinnya, maka bersabarlah karena barangsiapa yang meninggalkan jamaah sejengkal kemudian mati, kecuali mati dalam keadaan jahiliyah” (Muttafaqun ‘alaihi)
 
sumber:/www.syariahonline.com

1 komentar:

  1. Izin dishare dan dicopy. semoga, Allah membalas kebaikannya dengan kbaikan yang berlipat. jazaakumullah khairan katsiran.

    BalasHapus